Chapter 22: Surat Untuk Kawan-Kawanku

Untuk apa kalian kuliah? Mendapat pengakuan sebagai maha nya siswa siswa? Mendapat pengakuan dilingkungan sosial sebagai insan terpelajar? Supaya dianggap keren? Atau bahkan hanya untuk mendapatkan ijazah untuk kalian bekerja?

Hanya sebatas itukah niat dan tujuan kalian? Aku harap tidak. Aku harap kalian dalah orang-orang dengan pikiran maju dan cerdas.

Tapi kawan-kawanku, ketika aku dengar kemarin kalian tidak mau melawan kesewenangan karena takut nilai berkurang dan lebih mementingkan liburan daripada kualitas materi yang masuk. Okay, akupun sangat senang dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan libur. Malah sangat berat ketika sudah libur panjang dan harus kembali menjalani kegiatan perkuliahan. Tapi, jika diingat lagi, uang jutaan yang telah kita keluarkan untuk kuliah selama 7 semester ini hanyalah sebatas libur?

Kawan-kawan, kampus telah mengatur jadwal mata kuliah sedemikian rupa. Ada 14 pertemuan tatap muka dengan 1 kali UTS dan 1 kali UAS. Koreksi jika keliru. Apakah dengan menyatukan sesi matakuliah senilai 6sks di hari yang sama selama 4.5 jam akan efektif buat kalian? Kalau untukku, dengan kemampuanku yang lemah ini, aku tidak sanggup. Melahap 6sks sekaligus dan seminggu kemudian akan di kuis-kan dengan cara ujian lisan (otomatis dengan waktu sesingkat aku pribadi akan menghafalnya tanpa memahami materi itu sampai dalam). Lalu setelah itu, kegiatan tatap muka kosong sampai bertemu di UTS dan kelak akan berulang pasca UTS.

Baiklah, apa yang mahasiswa lakukan hanyalah duduk dan mendengarkan, dengan tambahan lain (menguap beberapa kali dan izin ke toilet untuk urusan buang air kecil, cuci muka ataupun membenarkan riasan wajah, kerudung atau tata rambut). Tapi apa benar kita hanya mendengarkan? Bukannya dalam duduk dan mendengarkan juga otak kita bekerja dan mencerna apa yang beliau bicarakan? Apa kalian akan bisa tetap fokus selama 4.5 jam itu? Kupikir 2seperempat jam tatap muka saja sudah ambang batas toleransi dalam mendengarkan dan menyerap materi.

Jika dengan alasan lain seperti, ketika kalian SMA pun kalian bisa belajar sekian jam dari pagi hingga istirahat pertama tanpa henti. Kupikir tentu berbeda, saat kuliah, tentu saja materi yang diberika lebih berat, dengan buku-buku penunjang yang banyak dan luas yang harus kita pelajari sendiri, bukan buku paket yang sudah ditentukan sekolah serta buku-buku referensi lain di tempat bimbel dan les lainnya. Selain itu, kegiatan kalian pun pasti bukan hanya pergi sekolah, eskul, bimbel, makan dan tidur (atau usaha bahkan pacaran). Kalian dan juga ku masih perlu mengurusi masalah lainnya, mengurus diri sendiri, megurus usaha, mengurus kegiatan ukm ataupun urusan diluar sana.

 

Tulisan ini, hanya lah suratku untuk kawan-kawanku. bukan tindakan provokatif atau menyindir siapapun. Hanya ingin berbagi sudut pandangku tentang hal ini. Opiniku yang tidak (belum) tersampaikan kepada kalian, juga kepada yang bersangkutan.

Tinggalkan komentar